Wonogiri – Era Revolusi 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Masyarakat dunia mulai berubah pola hidupnya dengan melandaskan pada digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation. Tantangan ini harus diantisipasi dalam pendidikan dengan membekali peserta didik kemampuan dan kompetensi yang selaras dengan perkembagan tersebut.
Kepala Seksi SMP PTK Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri, Drs. Tarmo, M.Pd dalam pembukaan Pelatihan Praktik Baik Pembelajaran di SMP dan MTs kerja sama Pemkab Wonogiri dan Tanoto Foundation di RM Alami Sayang, Kamis (24/10) menyampaikan bahwa sekarang sudah memasuki abad digital dan revolusi industry 4.0, karenanya kemampuan mengolah informasi, memvisualkan dan menuliskan karya sangat penting dikuasai siswa sebagai bagian untuk mendorong percepatan pendidikan di Wonogiri. Dan ini masuk dalam kemampuan abad 21 yang wajib dikuasi oleh siswa.
“Kemampuan abad 21 dan selaras dengan Era Revolusi 4.0 yang harus dikuasai oleh siswa yaitu pertama, 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity), kedua pembelajaran dengan HOTS atau berfikir tingkat tinggi, yang ketiga adalah literasi, dan yang keempat adalah PPK,” ungkap Kasi SMP PTK ini.
Tarmo menjelaskan, secara bertahap program PINTAR telah melatih kemampuan ini dalam pelatihan di modul I dilanjutkan dengan modul II. Dalam modul I contohnya, dibuat unit khusus tentang menyusun dan mengembangkan pertanyaan tingkat tinggi. Selain itu juga pola pembelajaran juga didorong agar siswa-siswa berkelompok, berpasangan dan individu dengan berbagai cara agar kemampuan soft skill siswa benar-benar terasah. Sedang di Modul 2 ini lebih banyak kepada kontennya.
“Karena itu, ayo kita dorong dan laksanakan sebaik-baiknya ilmu yang didapatkan dalam pelatihan ini,” pesan Kasi PTK SMP ini.
Spesialis pelatihan guru dan sekolah Tanoto Foundation Jawa Tengah, Saiful Huda Shodiq menjelaskan bahwa mata pelajaran memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa. Misalnya, dalam pembelajaran matematika yang berciri melatihkan siswa keterampilan matematika seperti penalaran, pembuktian, representasi, koneksi, komunikasi dan proses: penyelidikan, penemuan, dan pemecahan masalah.
“Dalam pembelajaran matematika, kita akan mencotohkan dan membuat pemodelan bagaimana siswa itu tidak hanya diberikan rumus. Namun didorong dan difasilitasi untuk menemukan rumus tersebut,” kata Saiful Huda.
Menurut Saiful, dengan cara ini, maka potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal. Diantaranya rasa ingin tahu dan berimajinasi. Di mana kedua hal tersebut merupakan dasar bagi kreativitas.
Dalam pembelajaran IPS, guru dilatih mengembangkan keterampilan IPS dan sikap sosial siswa. Keterampilan IPS yang dimaksud adalah keterampilan berpikir kritis, mengolah informasi, berperan dalam kelompok, dan mampu mengkonstruksi pengetahuan baru. Sikap sosialnya seperti peduli, jujur, santun, dan bertanggungjawab. Sementara pada pembelajaran IPA, kekhasannya ada pada menemukan jawaban dari persoalan dengan cara metode ilmiah.
Fasilitator PINTAR Mapel IPA Parmanto, M.Pd menjelaskan dalam salah sati contoh ketika disimulasikan tentang belajar perpindahan panas, tidak cukup hanya dijelaskan secara teori dan atau menghitung rumus. Namun siswa perlu difasilitasi untuk membuat alat sederhana penahan panas.
“Misalnya, siswa ditugaskan membuat botol yang bisa membuat air panas terjaga panasnya. Mereka akan bereksprimen membuat wadah penahan panas dari berbagai bahan seperti alumunium foil, koran bekas, kain bekas, atau kardus bekas, untuk menemukan bahan yang paling bagus menjaga air tetap panas. Mereka akan belajar penerapan konsep perpindahan panas dalam kehidupan sehari-hari,” tukasnya.
Sebanyak 60 orang guru mata pelajaran Matematik, IPS, dan IPA dari SMPN 5, 6 dan 7 Wonogiri dan MTsN Wonogiri dilatih untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan karaktersitik Mapel. Hal ini dilakukan karena setiap mata pelajaran memiliki karakter keterampilan dan proses tersendiri yang perlu dilatihkan secara berkelanjutan kepada siswa. Dalam Modul II guru akan dilatih mengajar yang sesuai kekhasan karakter Mapel tersebut.