Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Abdurrahman Wahid Kecamatan Jatiroto menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi berbahasa Jawa bagi guru yang dilakukan pada Sabtu, 4 Juni 2022. Narasumber pelatihan ini adalah Suliyanto yang merupakan Kepala SMP Negeri 4 Jatisrono sekaligus pengasuh PERMADANI (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional) Wonogiri. Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 WIB ini diikuti oleh semua guru di Gugus Abdurrahman Wahid. Pelatihan diawali dengan pembukaan, dilanjutkan sambutan dari Among Ari Bowo selaku Ketua KKG Gugus Abdurrahman Wahid. Dalam sambutannya, Among menyampaikan globalisasi sangat berpengaruh terhadap eksistensi bahasa daerah yang ada di Indonesia tak terkecuali Bahasa Jawa. “Sebagai guru kita harus melestarikan bahasa Jawa dengan meningkatkan pengetahuan dan pembiasaan penggunaan bahasa Jawa di sekolah”, pesan Among.
Suliyanto mengawali dengan mengenalkan konsep njawani nanging njamani yang berarti walaupun keadaan zaman dapat berubah dan kita tidak bisa menghindarinya tetapi nilai- nilai budaya jawa yang luhur harus dipertahankan. Pemaparan materi lebih banyak menggunakan bahasa Jawa dengan sastra yang menarik, dan diselingi dengan menyanyikan lagu berbahasa Jawa yang indah untuk diresapi.
“Basa iku busananing bangsa, kalimat luar biasa ini harus kita pahami”, tegas Suliyanto. Ujaran bahasa Jawa tadi mengandung arti bahwa budi pekerti seseorang atau suatu bangsa (Jawa) akan terlihat melalui bahasa yang dituturkannya. Beliau menambahkan, bahasa Jawa dapat digunakan oleh siapa saja, di mana saja, kapan saja bagi mereka yang ingin memakainya. Bukti bahasa Jawa dapat digunakan adalah banyaknya orang asing mampu berbahasa Jawa dengan baik. Narasumber juga menguraikan kesulitan berbahasa Jawa disebabkan oleh kesalahan pemahaman bahasa hanya sebagai sarana komuniksi bukan tujuan, tidak merasa memiliki bahasa Jawa sebagai warisan bangsa, tidak mau belajar, dan kurang terbiasa menggunakannya.
Narasumber memaparkan agar bahasa Jawa tumbuh subur dan berkembang dapat diupayakan dengan menerapkan 5 falsafah. Pertama tri karya budaya dengan meluhurkan, mengembangkan dan melestarikan budaya. Kedua tri darma yang mengajarkan kita untuk merasa memiliki, membela, dan instrospeksi diri. Tri sasana merupakan ajaran ketiga bahwa bahasa perlu kira gunakan dilingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan di masyarakat. Tri pangarsa yang merupakan semboyan Ki Hajar Dewantara adalah ajaran ke empat. Terakhir kita harus meningkatkan catur pangudi yang tak lain merupakan keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
Sesi tanya jawab, Budi Utomo menyampaikan pertanyaan tentang cara penulisan menggunakan huruf Jawa. Suliyanto menerangkan menulis menggunakan huruf Jawa dapat dipelajari dalam “Sastra Sriwedari”, yang merupakan pedoman atau standar yang telah disepakati jauh sebelum Indonesia merdeka. Among juga menanyakan beberapa kalimat bahasa Jawa yang diutarakannya sudah sesuai belum dengan kaidah. “Dalam percakan kita harus memperhatikan unggah-ungguh Basa Jawa. Menurut aturan penggunaannya dapat dikelompokkan menjadi bahasa ngoko, bahasa madya, bahasa krama, bahasa kedhaton, dan bahasa kasar”, jawaban narasumber. Pukul 12.30 acara berakhir dan ditutup oleh moderator.