BelAs Bening SMP Negeri 1 Baturetno, Inovasi di Masa Transisi

Masa transisi Covid 19 membawa perubahan terhadap sistem pembelajaran di Indonesia, khususnya di Kabupaten Wonogiri. SMP Negeri 1 Baturetno meluncurkan sebuah inovasi sebagai jawaban atas perubahan ini. Inovasi yang diusung adalah BelAs Bening, kependekan dari Belajar Asik dengan Blended learning. Terobosan ini diluncurkan sebagai tindakan cepat tanggap atas dikeluarkannya Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri Nomor 420/ 5330 Tanggal 15 Oktober 2021 hal Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahap 1 (PTM) di Wonogiri. Tepat setelah Surat Edaran tersebut diberlakukan, BelAs Bening pun diluncurkan guna mewujudkan pembelajaran yang efektif di SMP Negeri 1 Baturetno pada Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahap 1 (PTM) fase transisi.

Di masa transisi, tantangan bagi seorang pendidik adalah menyiapkan dan merubah model/pendekatan pembelajaran yang selama pandemi Covid-19 diterapkan secara daring menjadi kombinasi daring dan luring. Pendekatan pembelajaran yang dapat menjawab dan mengatasi tantangan ini adalah Blended learning. BelAs Bening dianggap sebagai inovatif cepat tanggap untuk menjawab tantangan ini. Peserta didik difasilitasi untuk dapat belajar dan mengulang materi secara mandiri untuk satu bagian sesi menggunakan bahan dan sumber belajar online dan satu bagian sesi lainnya dilakukan secara tatap muka di dalam ruangan kelas.

BelAs Bening merupakan suatu pembelajaran inovatif blended learning  yang digunakan SMP Negeri 1 Baturetno. Menurut Staker & Horn (dalam Ali Muhtadi, 2019: 110), mendefinisikan blended learning sebagai pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran online dengan pembelajaran konvensional (tatap muka). Pembelajaran luring sama sekali tidak menggunakan jaringan internet (online), karena memerlukan tatap muka secara langsung. Pembelajaran daring membutuhkan membutuhkan koneksi internet yang memadai untuk mendukung pembelajaran. Menurut Dra. Siti Safuroh, M.Si selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Baturetno, program blended learning merupakan langkah yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terkendala tempat dan jarak.  Interaksi antara guru dengan peserta didik akan terkendala tempat jika guru dan pesera didik tidak berada di sekolah. Maka diperlukan suatu platform yang mampu memfasilitasi pembelajaran dalam jaringan. Melalui platform  ini guru dapat menyampaikan materi adalam bentuk audio, visual, ataupun audio visual. Berbagai platform digital meluncurkan berbagai aplikasi pembelejaran online, seperti Whatsapp Group, Youtube, Google Classroom, Ebook dan Powerpoint. Sehingga pembelajaran tetap belangsung secara efektif meskipun tidak berada di sekolah. Kegiatan tatap muka dilaksanakan dengan tujuan dapat berkomunikasi secara langsung, sehingga guru dapat melihat kondisi, menyapa dan mengkomunikasikan hal-hal penting dengan peserta didik.

Fitria Etika Puri, penanggung jawab program BelAs Bening, mengemukakan bahwa beberapa platform digital yang dimanfaatkan peserta didik secara mudah dan sederhana adalah Whatsapp Group dan Youtube. Keunggulan yang kita peroleh dari Whatsapp Group diantarnya guru dapat mengirimkan dokumen, foto, audio ataupun video sebagai materi pembelajaran kepada siswa melalui grup WhatsApp, guru dan siswa dapat berdiskusi dan bertanya jawab dengan lebih rileks, serta aplikasi ini tidak menguras kuota internet terlalu banyak terlalu banyak. Sedangkan aplikasi Youtube dimanfaatkan sebagai wadah untuk mengupload konten video pembelajaran saat tatap muka. Guru merekam menyampaian pembelajaran di kelas saat tatap muka, lalu diupload ke aplikasi Youtube. Sehingga konten ini dapat dimanfaatkan peserta didik saat pembelajaran daring/online. Selain itu, Whatsapp Group dan Youtube adalah aplikasi yang merakyat, artinya aplikasi ini hampir digunakan oleh semua guru, orang tua, maupun peserta didik.